Pengertian Ilmu Syar’i


Pengertian Ilmu Syar’i
  Ilmu Syar’i  secara Bahasa اَلْعِمُ (al-‘ilmu) adalah lawan dari الجهل  (al-jahl = kebodohan),Yaitu mengetehui seuatu dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti.

  Secara istilah dijelaskan oleh sebagian Ulama bahwa Ilmu adalah ma’rifah (pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahl (kebodohan).Menurut Ulama lainnya ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.

  Adapun ilmu yang kita maksud adalah ilmu Syar’i, yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah تَعَالَى‌‍ kepada Rasulnya-Nya berupa keterangan dan petunjuk.Maka,ilmu yang didalamnya terkandung pujian dan sanjungan adalah ilmu wahyu,yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah saja. [Lihat kitaabul ‘Ilmi (hal.13),karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah,cet.Daar Tsurayya Lin Nasyr,Thn.1420H].
 Nabi صَلَّ آللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَـيْرًا يُفَقِـّهْهُ فِـي الدِّيْنِ، وَإِنَّـمَـا أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِـيَ أَمْرُ اللهِ

“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, Dia akan menjadikannya faham tentang agama. Sesungguhnya aku hanyalah yang membagikan dan Allah-lah yang memberi. Dan ummat ini akan senantiasa tegak di atas perintah Allah, mereka tidak bisa dicelakai oleh orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya keputusan Allah (hari Kiamat)”. [Hadits Shahih:Diriwayatkan oleh Ahmad (I/306, II/234.IV/92,95,96),Al-Bukhari(no.71,3116,7312),dan Muslim no.1037 lafazh milik al-Bukhari dari shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma]

  Imam al-Auza’I (wafat Thn.157 H) رَحِمَهُ اللَّهُ mengatakan: “Ilmu adalah apa yang berasal dari Shahbat Nabi صَلَّ آللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم , Adapun yang datang bukan dari seseorang dari mereka.Maka itu bukanlah Ilmu.” [Lihat Syarah Tsalaatil Ushul hal.18-19]

  Syaikh Muhammad Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin رَحِمَهُ اللَّهُ mengatakan:”Ilmu adalah mengetahui sesuatu dengan pengetahuan yang sebenarnya”.

   Tingkatan ilmu pada seseorang ada 6 (enam) tingkatan :
 Pertama  : Al-‘Ilmu yakni mengetahui sesuatu dengan pengetahuan yang sebenarnya.
  Kedua      : Al-Jahlul basith yakni tidak mengetahui sesuatu sama-sekali.
  Ketiga      : Al-Jahlul Murakkab yakni mengetahui sesuatu tidak sesuai dengan yang se benarnya.Disebut murakkab karena pada orang tersebut ada dua kebodohan sekaligus. Yaitu bodoh karena ia tidak mengetahui yang sebenarnya dan bodoh karena berangga pan bahwa dirinya tahu padahal sebenarnya ia tidak tahu.
  Keempat  :  Al’Wahn yakni mengetahui sesuatu dengan kemungkinan salah lebih besar dari benarnya.
  Kelima     :  Asy-Syakk yakni mengetahui sesuatu yang kemungkinan benar dan salah nya sama.
  Keenam   :   Azh-Zahm yakni mengetahui sesuatu yang kemungkinan benarnya lebih besar dari salahnya.

   Sedangkan ilmu itu terbagi menjadi 2(dua),Dharuri dan Nazhari :

  Dharuri yaitu pengetahuan yang dapat diperoleh secara langsung tanpa memerlukan penelitian dan dalil, seperti pengetahuan bahw api itu panas.
  Nazhari yaitu pengetahuan yang hanya bisa diperoleh dengan cara melakukan peneli tian dan dengan dalil, misalnya pengetahuan tentang  wajibnya niat dalam berwudhu.
 Adapun apabila dilihat dari sudut pembebanannya (kewajibannya) kepada seorang Muslim, maka ilmu syar’i ini terbagi menjadi dua (2) :
   Pertama : Ilmu ‘aini
Yakni ilmu yang wajib diketahui dan dipelajari oleh setiap muslim, contoh : ilmu tentang iman,thaharah(bersuci), shalat, puasa, zakat,haji ke Baitullah bagi yang mampu dan segala apa yang telah diketahui dengan pasti dalam agama dari berbagai perintah dan larangan.Tidaklah anak-anak yang menginjak dewasa ditanya tentang ilmu ini,melainkan mereka mengetahuinya.

   Kedua : Ilmu Kifa’i
  Yakni ilmu yang tidak wajib atas setiap Muslim untuk mengeta huinya dan mempelaja  rinya.Apabila sebagian dari mereka telah mengetahui dan mempelajarinya,maka gugur lah kewajiban atas sebagian yang lainnya.Namun,apabila tidak ada seorangpun dari mereka yang mengetahui dan mempelajarinya padahal mereka sangat membutuhkan ilmu tersebut,Maka berdosalah mereka semuanya.
   Contohnya adalah menghapalkan Al-Qur’an,ilmu Qira’at,ilmu waris,ilmu hadits,me ngetahui halal dan haram dan yang sejenisnya.Jenis ilmu ini tidak wajib dipelajari oleh setiap pribadi Muslim dam Muslimah,tetapi cukup dilakukan sebagian mereka.
[Lihatkitab Thariiq ilal ilmi as-Subulan Naaji’ah li thalabil ‘Uluumin Naafi’ah hal. 18-19, karya:Amr bin Abdul Mun’im Salim hafizahullah]  

   Sebagaimana yang dikatakan oleh al-Imam Asy Syafi’i رَحِمَهُ اللَّهُ   Ilmu adalah:
كُلُّ الْعُلُوْمِ سِوَى الْقُرْآنِ مُشْغِلَةٌ    إِلاَّ الْحَدِيْثَ وَ عِلْمَ الْفِقْهِ قِي الدِّيْنِ

اَلْعِلْمُ مَا كَانَ فِيْهِ قَالَ حَدَّثَنَا         وَ مَا سِوَى ذَاكَ وَسْوَسُ الشَّيَاطِيْنَ

“Setiap ilmu selain Al Qur’an akan menyibukkan, kecuali ilmu hadits dan fiqih”
“Ilmu adalah sesuatu yang di dalamnya terdapat ungkapan ‘Haddatsana’ (yaitu ilmu yang berdasarkan kepada wahyu)”
”.Adapun ilmu selainnya, hal itu hanyalah bisikan syaithan semata”
(Diwan al Imam asy Syafi’i, Dar al Kutub al ’Ilmiyah).

   Seorang yang tidak menuntut ilmu agama pada hakekatnya dia bagaikan jasad yang tidak bernyawa. Hal ini dikarenakan ilmu agama adalah nutrisi bagi hati yang menentukan keberlangsungan hidup hati seseorang. Seorang yang tidak memahami agamanya, dia layaknya sebuah mayat meski jasadnya hidup.

 Seperti yang dikatakan oleh al-Imam  asy-Syafi’i رَحِمَهُ اللَّهُ  :

مَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً           تَجَرَّعَ ذُلُّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ

وَ مَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِهِ          فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعًا لِوَفَاتِهِ          
"Barangsiapa yang tidak pernah mencicipi pahitnya belajar
Maka dia akan meneguk hinanya kebodohan di sepanjang hidupnya
Barangsiapa yang tidak menuntut ilmu di masa muda
Maka bertakbirlah empat kali, karena sungguh dirinya telah wafat"
(Diwan al Imam asy Syafi’i, Dar al Kutub al ’Ilmiyah).

 Sumber  :
   Buku “Menuntut Ilmu Jalan menuju Surga” Karya: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
   Article ‘Hati Yang Terbaik” [https://muslim.or.id/2840-hati-yang-   terbaik.htmlhttps://muslim.or.id/2840-hati-yang-terbaik.html]

No comments:

Post a Comment