Pembahasan 21
Bab 02: Al-Birru Wa Ashshilah (Kebaikan Dan
Silaturahim)
Hadits 01: Keutamaan Silaturahmi
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa
Ta'ala, kita memasuk pada Bab Al-Al-Birr wa Ash-Shilah yaitu bab tentang
berbuat kebaikan dan menyambung silaturahmi, masih pembahasan dari Kitabul
Jami' dari Kitab Bulughul Maram.
Kita masuk pada hadits yang pertama:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول
الله صلى الله عليه و سلم: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ
وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (أخرجه البخاري)
Dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu Ta'ala 'anhu
berkata: Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Barangsiapa
yang suka untuk dilapangkan rizki dan suka dipanjangkan umurnya, maka hendaklah
dia menjalin silaturahmi." (HR. Bukhari)
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa
Ta'ala,
Hadits ini merupakan salah satu hadits yang agung yang
memotifasi kita untuk menyambung silaturahmi.
Sesungguhnya, ada sebagian amal shalih yang Allāh
tidak hanya memberikan ganjaran di akhirat tetapi juga ganjaran duniawi, contoh
seperti menyambung silarurahim.
Ganjaran di dunia yang Allah siapkan bagi orang yang
menyambung silaturahmi dalam hadits ini yaitu dilapangkan rizikinya dan
dipanjangkan umurnya.
Bahkan Rasulullah shallalahu 'alayhi wa sallam mengatakan,
"Siapa yang suka untuk dilapangkan rizkinya dan untuk dipanjangkan umurnya
maka hendaknya dia menyambung silaturahmi."
Ini adalah motifasi dari Nabi shallallahu 'alayhi wa
sallam yaitu Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam memotivasi kita untuk
silatirahmi dengan mengiming-imingi ganjaran duniawi.
Oleh karenanya pendapat yang rajih di antara pendapat
para ulama bahwasanya:
- Barang siapa yang beramal shalih ikhlash
karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, namun selain dia ikhlas karena Allah
Subhanahu wa Ta'ala (artinya tidak mengharap pujian manusia, tidak riya', bukan
ingin disanjung, semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta'ala semata) namun
dalam niatnya disertai dengan ingin mendapatkan ganjaran duniawi yang diizinkan
oleh syari'at (seperti dalam hal ini) maka maka hal itu tidak mengapa.
Karena Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam
sendiri yang mengiming-imingi dengan mengatakan: "Barang siapa yang
mau/suka"
Mahabbah berkaitan dengan niat, yaitu seakan-akan
Allah mengatakan: "Barangsiapa yang suka/berniat ingin dilapangkan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah silaturahim.
Maka boleh jika seseorang menyambung silaturahmi
dengan niat karena Allah Subhanahu wa Ta'ala sekaligus juga ingin dilapangkan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya.
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa
Ta'ala,
Makna dari "dilapangkan rizki dan dipanjangkan
umur", secara umum ada 2 pendapat di kalangan para ulama.
- Pendapat Pertama.
Maksudnya adalah makna majasi/kiasan.
Karena rizki & umur sudah tercatat dan tidak
mungkin di ubah-ubah lagi. Oleh karenanya maksud dilapangkan rizki adalah
rizkinya diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Meskipun rizkinya tidak berubah namun Allah kasih
keberkahan, rizki yang tidak berubah tersebut ternyata banyak manfaatnya,
membawa faidah, dia gunakan untuk beramal shalih & untuk hal-hal yang di
cintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Demikian juga, dengan maksud dari dipanjangakan
umurnya, yaitu umurnya tidak berubah, tetap begitu saja sesuai dengan yang
ditakdirkan.
Akan tetapi Allah berkahi umurnya, sehingga umurnya
bisa dia gunakan untuk banyak kebaikan, banyak beribadah atau mungkin dia
hindarkan dari sakit yang mengganggu keberkahan umurnya.
Artinya diberkahi umurnya sehingga waktunya
benar-benar bermanfaat seakan-akan umurnya panjang.
Karena kita dapati seseorang memiliki umur yang
panjang namun tidak bermanfaat atau yang bermanfaat hanya sedikit dari umurnya
atau sebagian waktu umurnya hilang sia-sia (tidak ada manfaatnya).
Maka Allah berkahi orang ini tatkala dia menyambung
silaturahmi, seluruh umurnya bermanfaat. Ini adalah faidah yang luar biasa
- Pendapat Kedua.
Bahwasanya dibawakan makna ini kepada makna yang
hakiki, artinya benar-benar dipanjangkan umurnya dan benar-benar dilapangkan
rizkinya.
Dan kita tahu bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala
bisa merubah takdir yang berada di tangan para malaikat sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala:
يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُۥٓ
أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ
"Allah Subhanahu wa Ta'ala
menghapuskan apa yang Allah kehendaki dan menetapkan (apa yang Allah
kehendaki), dan di sisi Allah ada Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh)." (QS Ar-Ra'd: 39)
Jadi, malaikat mungkin diperintahkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala untuk mencatat umur hamba, misalnya umurnya 60 tahun,
kemudian karena hamba ini bersilaturahmi maka Allah Subhanahu wa Ta'ala
menyuruh mencatat umurnya menjadi 70 tahun, yang perubahan ini (yaitu dari 60
menjadi 70).
Semua sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh. Tidak ada
perubahan di Lauhul Mahfuzh.
Makanya Allah mengatakan, "Dan di sisi Allah ada
Ummul Kitab," dan Ummul Kitab tidak berubah, proses perubahan 60 menjadi
70 semua sudah tercatat di Lauhil Mahfuzh.
Seakan-akan tercatat di Lauhul Mahfuzh bahwasanya
orang ini akan beramal shalih sehingga yang tadinya dicatat oleh malaikat
awalnya 60 tahun kemudian karena dia beramal sholih maka Allāh perintahkan
menjadi 70 tahun.
Demikian juga dengan rizki, yang tadinya dicatat
tertentu oleh malaikat tetapi karena dia bersilaturahim maka ditambah rizkinya
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan semuanya telah tercatat di Lauhul Mahfuzh.
Dan Wallahu A'lam bish shawab, saya lebih condong
kepada pendapat yang kedua.
Karena kenyataan yang ada silatiurahim benar-benar
merupakan sebab dipanjangkan umur dan sebab ditambahkan rizki.
Betapa banyak orang yang menyambung silaturahim
kemnudian rizkinya ditambah-tamba oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, berapa banyak
orang yang menyambung silaturahim umurnya ditambah, misalnya dijauhkan dari
sakit.
Mungkin harusnya dia celaka tapi dihindarkan dari
kecelakaan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga bertambah umurnya.
Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberkahi harta kita dan Umur kita dan semoga Allah
mudahkan kita untuk bersilaturahmi.
Sumber : Group
WA-NDI Dirosah Islamiyah.
Dr. Firanda Andirja, M.A.
Kitab Bulughul Maram | Kitabul
Jami’
No comments:
Post a Comment